Setelah menunggu selama 86 tahun, barulah Nabi Ibrahim as mendapat
keturunan melalui istrinya, Siti Hajar. Mengenang panjangnya masa
penantian itu, Nabi Ibrahim as menamai putranya Ismail as yang bermakna
‘’Allah telah mendengar dan mengabulkan do’a”.
Coba bayangkan, remaja Ismail as sedang mekar-mekarnya tumbuh ketika
tiba-tiba harus mati. Dan kematiannya pun musti dengan disembelih oleh
bapaknya sendiri pula. Wajar bila Nabi Ibrahim as sempat bimbang,
sebelum akhirnya memenuhi titah Ilahi untuk mempersembahkan Ismail
sebagai qurban – yang kemudian diganti Allah SWT dengan seekor kibas.
Domba pengganti Ismail as ini disebut dalam Al Qur’an sebagai qurban
yang dahsyat atau zabhun ‘adzim (Q.S. 37:107)
Begitulah, “Amal terbaik adalah perbuatan untuk Allah” (Ghurar
al-Hikam, tentang amal). Amal terbaik adalah yang tersulit (Bihar
al-Anwar, jilid 7, hal 191), yang tidak disukai dirimu (Bihar al-Anwar,
jilid 78, hal 69).
Dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim as, Rasulullah SAW mengajak umatnya untuk mempersembahkan qurban terbaik.
Dari segi hewan qurban, berdasarkan hadits-hadits Nabi SAW, para
ulama menyimpulkan prioritas keutamaan hewan qurban berturut-turut
adalah onta, lalu sapi, baru kemudian kambing atau domba, untuk qurban
perorangan (Shahih Fiqih Sunnah, II/374).
Umur ternak yang hendak diqurbankan harus mencukupi, yaitu mendekati 2
tahun untuk kambing atau domba, hampir 3 tahun untuk sapi atau kerbau,
dan sudah berumur 5 tahun untuk unta (Sayyid Sabiq, 1987; Mahmud Yunus,
1936).
Hewan qurban juga musti sehat. Tidak boleh cacat semisal buta mata
walau cuma sebelah, pincang jalannya, kurus, tanduknya patah, kupingnya
tercuil, hidung atau ekornya terpotong (Abdurrahman, 1990; Al-Jabari,
1994; Sayyid Sabiq, 1987). Untuk itu, sebaiknya ternak qurban sudah
diperiksa tim medis dan mendapat sertifikat bebas penyakit berbahaya
seperti anthrax, mad cow, atau penyakit mulut dan kuku.
Namun hewan yang dikebiri (al maujuu’ain) boleh dijadikan qurban.
Sebagaimana Rasulullah pernah berqurban dengan dua ekor kibas yang
gemuk, bertanduk, dan telah dikebiri (HR Ahmad dan At-Tirmidzi).
Yang terbaik adalah hewan qurban nan sehat dan gemuk. ”Dulu kami di
Madinah biasa memilih hewan yang gemuk dalam berqurban. Dan memang
kebiasaan kaum muslimin ketika itu adalah berqurban dengan hewan yang
gemuk-gemuk” (HR Bukhari dari Abu Umamah bin Sahl).
Alhamdulillah, sejak empat tahun terakhir ini, QUIS PPPA Daarul
Qur’an sudah mengusahakan pembesaran ternak. ‘’Kami menyiapkan hewan
qurban sejak 6 bulan lalu di daerah Sukabumi dan di beberapa daerah di
Jawa Tengah dan Jawa Timur,’’ ungkap Khory Ainulyakin, Direktur Qurban
Istimewa Daarul Qur’an.
Khory menjelaskan, usaha ini selain untuk mempersiapkan kualitas
ternak qurban terbaik juga dalam rangka menekan harga pasar. Sehingga
harga hewan qurban tidak terlampau melambung di saat peak-season.
QUIS Siagakan Ternak Terbaik
4/
5
Oleh
Blogger Keren