Senin, 21 Maret 2016

Inilah Waktu Hubungan Intim Bisa Bernilai Sedekah, Ibadah dan Ketaatan

 “Hubungan intim kamu (suami - istri) merupakan sedekah.” (Sabda Nabi - shallallahu ‘alaihi wa sallam - dari teman Abu Dzar). kemudian kapan ikatan seksual ataupun intim dapat bernilai ibadah?

Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ « أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ »

maksudnya :

“Dan ikatan seksual di antara kamu merupakan sedekah.” Para teman bertanya, “Wahai Rasulullah, gimana dapat menghadiri istri dengan syahwat (disetubuhi) dapat bernilai pahala?” dia berkata, “Bagaimana pendapatmu bila terdapat yang meletakkan syahwat tersebut pada yang haram (berzina) bukankah bernilai dosa? hingga sudah sepantasnya meletakkan syahwat tersebut pada yang halal mendatangkan pahala.” (HR. Muslim no. 1006).


Imam Nawawi rahimahullah menerangkan, “Budh’i dalam hadits, yang diartikan merupakan jima’ ataupun dapat bermakna kemaluan. Kedua arti tersebut benar. perihal ini menampilkan kalau sesuatu perihal yang mubah dapat dinilai sesuatu ketaatan bila didasari hasrat yang benar.

Jima’ (bersetubuh ataupun ikatan intim) dapat bernilai ibadah bila artinya merupakan buat menunaikan hak istri, berteman baik dengannya, dan juga melaksanakan kebajikan sebagaimana yang Allah perintahkan. Di samping itu, jima’ dapat bernilai ibadah apabila artinya buat mendapatkan generasi yang sholeh, membentengi diri supaya tidak terjerumus dalam zina, supaya pendamping tidak memandang perihal yang diharamkan, pula supaya tidak berhaluan ataupun bermaksud yang bukan - bukan, ataupun niatan baik lainnya.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 83 - 84).

Didasari Niat, Bukan cuma Melampiaskan SyahwatJika kita amati dari tekstual hadits yang kita bahas di atas, hingga tidak dipersyaratkan niat. karna Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sekadar bersabda, “Tahukah engkau bila seorang penuhi syahwatnya pada yang haram, ia berdosa. Demikian pula bila dia penuhi syahwatnya itu pada yang halal, dia menemukan pahala”. Jadi sekadar menumpahkan syahwat aja bernilai pahala. karna ikatan intim dengan istri merupakan serupa kita menanam benih dan juga nantinya kita hendak menuai hasilnya.



Ulama lain berkomentar kalau senantiasa wajib didasari niatan ikhlas, barulah bernilai pahala di sisi - Nya. karna hadits di atas merupakan hadits mutlaq, hingga dibawa ke hadits muqoyyad yang mempersyaratkan niat. Di antara dalil yang mempersyaratkan niat, hadits dari Sa’ad bin Abi Waqqosh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,




إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا ، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فِى امْرَأَتِكَ

maksudnya :

“Tidaklah nafkah yang engkau cari buat mengharapkan muka Allah kecuali engkau hendak diberi balasan karenanya, hingga apa yang engkau masukkan dalam mulut istrimu.” (HR. Bukhari no. 56)



Juga mampu dilihat pada firman Allah Ta’ala,




لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

maksudnya :

“Tidak terdapat kebaikan pada mayoritas bisikan - bisikan mereka, kecuali bisikan - bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) berikan sedekah, ataupun berbuat ma’ruf, ataupun mengadakan perdamaian di antara manusia. dan juga barangsiapa yang berbuat demikian karna mencari keridhaan Allah, hingga nanti Kami berikan kepadanya pahala yang besar.” (QS. An Nisa’: 114).

Di mari dipersyaratkan mampu pahala bila diiringi hasrat ikhlas.



Hadits yang kita bahas kali ini, pula dapat bagaikan dalil dengan uraian qiyas angkatan laut (AL) ‘aqs (analogi berkebalikan), kalau bila ikatan seksual dengan niatan ikhlas, itu menemukan pahala. bila tidak, hingga tidak demikian. Sama halnya dengan hadits Ibnu Mas’ud, “Barangsiapa yang mati dalam kondisi berbuat syirik pada Allah, hingga dia masuk neraka.” Berarti sebaliknya, barangsiapa yang mati dalam kondisi tidak berbuat syirik, hingga dia hendak masuk surga.



Jadi, niatkanlah ikhlas buat raih pahala dalam tiap ikatan intim, biar bernilai sedekah dan juga menuai ganjaran di sisi Allah. (Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hadits ke - 25, 2: 56 - 70).



Semoga keluarga muslim tetap diberi ketenangan, kasih sayang dan juga rahmat. cuma Allah yang berikan taufik. 



Sumber:
http_bedahkabar_blogspot_co_id/2016/03/inilah-waktu-hubungan-intim-bisa.html

Baca Juga

Inilah Waktu Hubungan Intim Bisa Bernilai Sedekah, Ibadah dan Ketaatan
4/ 5
Oleh
Tampilkan Komentar
Sembunyikan