Rabu, 13 April 2016

Papa, Tolong Kembalikan Tangan Ita, Ita Janji Tak Akan Nakal Lagi

Untuk beberapa orangtua yang anaknya rada nakal, janganlah dipukul yah. Tolong baca cerita nyata yang menyentuh hati ini, cerita mengenai Ita yang memohon papanya untuk kembalikan tangannya.

Sebagai orangtua kita layak menghalangi perbuatan pasangan untuk memukul sang buah hati. Terutama pada anak-anak yang masih kecil dan tidak tahu apa-apa. Mengajar dengan cara memukul tidaklah langkah terbaik.


Berikut narasi riil itu :
Sepasang suami isteri seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak untuk diasuh pembantu tempat tinggal waktu mereka bekerja. Anak tunggal pasangan ini, gadis kecil berusia tiga 1/2 th.. Sendirian di rumah, dia sering dilewatkan pembantunya yang ribet bekerja.
Dia bermain diluar rumah. Dia bermain ayunan, berayun-ayun di atas ayunan yang dibeli papanya, maupun menuai bunga matahari, bunga kertas dsb di halaman rumahnya.

Satu hari dia lihat sebatang paku karat. Dia juga mencoret semen tempat mobil ayahnya diparkirkan tetapi lantaran lantainya terbuat dari marmer, coretan tidak tampak. Dicobanya pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, coretannya terlihat jelas. Apa lagi kanak-kanak ini juga bikin coretan sama seperti kreativitasnya.

Hari itu bapak dan ibunya mengendarai motor ke tempat kerja karena jalan macet. Sesudah sang anak mencoret penuh segi yang samping kanan dia beralih ke samping kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya ikuti imaginasinya. Momen itu jalan tanpa ada diakui si pembantu tempat tinggal.

Pulang petang itu, terkejutlah ayah ibunya lihat mobil yang baru setahun dibeli dengan angsuran. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini dapat senantiasa menjerit, “Kerjaan siapa ini? ” Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu lari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih saksikan muka bengis tuannya.

Sekali lagi diserahkan pertanyaan keras kepadanya, dia senantiasa menyampaikan ‘Tak tahu…! ” “Kamu dirumah sepanjang seharian, apa saja yg kau lakukan? ” hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, mendadak lari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Ita yg buat itu papa…. cantik kan! ” katanya sambil memeluk papanya inginkan bermanja seperti umum. Si bapak yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di depannya, selalu dipukulkannya berulang-kali ke telapak tangan anaknya.

Si anak yang tidak paham apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekalian ketakutan. Senang memukul telapak tangan, si ayah memukul juga belakang tangan anaknya. Si ibu hanya mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa suka dengan hukuman yang dipakai. Pembantu tempat tinggal terbengong, tidak jelas harus berbuat apa? Si ayah cukup keras memukul-mukul tangan kanan dan lalu tangan kiri anaknya.

Setelah si bapak masuk ke tempat tinggal dituruti si ibu, pembantu tempat tinggal menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Diliatnya telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah.


Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air sambil dia


ikut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan saat luka-lukanya itu terserang air. Si pembantu rumah lantas menidurkan anak kecil itu. Si bapak punya niat membiarkan anak itu tidur bersama-sama pembantu tempat tinggal.

Keesokkan harinya, ke-2 iris tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu. “Oleskan obat saja! ” jawab tuannya, bapak si anak. Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menggunakan saat di kamar pembantu. Si bapak konon menginginkan mengajar anaknya. Tiga hari berlalu, si bapak tidak pernah menjenguk anaknya sebentar si ibu juga demikian namun sehari-hari kemukakan pertanyaan pada pembantu rumah. “Ita demam…” jawap pembantunya ringkas. ”Kasih minum obat penurun panas, ” jawab si ibu.

Terlebih dulu si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Ita dalam pelukan pembantu tempat tinggal, dia tutup lagi pintu kamar pembantunya. Masuk hari ke empat, pembantu rumah menginformasikan tuannya kalau suhu badan Ita begitu panas. “Sore nantinya kita bawa ke klinik” kata majikannya itu.

Sampai waktunya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan ia dirujuk ke hospital karena keadaannya serius. Setelah 1 minggu di rawat inap doktor memanggil bapak dan ibu anak itu.
“Tidak ada pilihan.. ” tuturnya yang mengusulkan agar ke-2 tangan anak itu diamputasi karena gangren yang terjadi telah sangat kronis.

“Tangannya sudah bernanah, untuk menyelamatkan nyawanya ke-2 tangannya perlu dipotong dari siku ke bawah” kata doktor.

Si bapak dan ibu seperti diserang halilintar mendengar kalimat itu. Terasa dunia berhenti berputar, tetapi apa yang dapat disebutkan. Si ibu meraung merangkul si anak.

Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si bapak terketar-ketar di tandatangani surat perjanjian pembedahan.

Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga heran saksikan ke-2 tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka bapak dan ibunya. Lalu ke muka pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi saksikan mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bertemura dalam linangan air mata.

“Papa.. Mama… Ita tidak akan mengerjakannya lagi. Ita tidak mau dipukul bapak. Ita tidak mau jahat. Ita sayang bapak.. sayang ibu. ” katanya berulang-kali membikinkan si ibu tidak berhasil menahan rasa sedihnya.

“Ita juga sayang Kak Narti.. ” katanya lihat muka pembantu tempat tinggal, sekalian membikinkan gadis itu meraung histeris.

“Papa.. kembalikan tangan Ita. Untuk apa diambil.. Ita janji akan tidak mengulanginya lagi! Bagaimana langkahnya Ita menginginkan makan kelak? Bagaimana Ita menginginkan bermain kelak? Ita janji tdk bakal mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-kali.

Terasanya copot jantung si ibu mendengar kalimat anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tidak ada manusia dapat menahannya.
Pelajaran bernilai buat beberapa orang-tua, anak nakal itu umum, apabila anak kecil terluka, berilah perhatian sendiri dan janganlah tergantung pada pembantu yang pendidikannya lebih terbatas.
Penyesalan SELALU datang terlambat, jauhilah.

Sumber: http :// www. pusatberitaterupdate. com

Baca Juga

Papa, Tolong Kembalikan Tangan Ita, Ita Janji Tak Akan Nakal Lagi
4/ 5
Oleh
Tampilkan Komentar
Sembunyikan