Sabtu, 09 Juli 2016

Sebenarnya, Ini Hari Raya atau Hari Riya?

 hari raya idul fitri telah tiba. masa mudik jadi tradisi teratur tahunan yang harus dicoba. apakah yang mudik itu turut berpuasa ataupun tidak bukan jadi suatu persoalan berarti. yang terutama merupakan mudik kembali kampung buat bersilaturrahim dengan keluarga dan juga sanak famili. hari rayapun betul - betul jadi " raya, " yang secara harfiah berarti ramai - ramai dan juga besar - besaran.

sesungguhnya, ini hari raya ataupun hari riya?
repro: dw. com


jalur raya penuh sesak dijejali dengan bermacam tipe kendaraan, mulai dari roda 2, roda 4 dan juga tipe kendaraan yang lain. sebagian terdapat yang menyewa, terdapat pula sepeda motor dan juga mobil individu. angka penjualan kendaraan sepeda motor dan juga mobil menjelang lebaran naik tajam dibanding dengan waktu yang lain. pusat rental mobil juga hingga ketiadaan armada buat melayani permintaan yang tidak serupa lazimnya.

tidak kurang ingat, penampilan diri dan juga performa di hari raya nampak lebih mempesona, apik dan juga elegan dibanding dengan performa di hari yang lain. pakaian baru dan juga bermacam pernak - pernik kehidupan serupa smartphone dan juga benda elektronik yang lain hendak jadi trend dan juga isu utama pada hari raya. konsumerisme jadi panorama alam universal, baik di pasar tradisional sampai mall, plaza dan juga pusat perbelanjaan yang lain.

memandang fenomena tersebut, muncullah persoalan: " sesungguhnya, ini hari raya apa hari riya? "

hari raya sejatinya merupakan hari perayaan kesuksesan diri (wisuda) dalam melatih diri seorang diri sepanjang sebulan puasa ramadhan buat jadi individu yang berulang fitrah dan juga suci. karna seperti itu titel yang disematkan padanya merupakan " al - aidin wa al - faizin " (orang - orang yang berulang suci dan juga yang beruntung).

titel tersebut tidaklah suatu yang gampang buat didapat karna berulang suci meniscayakan kita buat me - restart diri demi berulang serupa asal semula, ialah tidak terdapat kebencian, tidak terdapat dendam, tidak terdapat kebohongan dan juga yang terdapat merupakan cita, ketulusan dan juga kejujuran.

berulang suci berarti berulang serupa anak balita yang baru dilahirkan, ialah hidup apa terdapatnya dan juga menerima apa terdapatnya yang telah jadi penggalan pribadinya. balita yang berebut susu (buah dada) mana yang hendak hendak ditetek (disusu). yang terdapat dihadapannya merupakan jadi takdirnya. bayipun amat tulus dalam menangis dan juga tersenyum. tangis dan juga senyumnya merupakan jujur, jauh dari motif dan juga politik yang terpendam. dan juga qanaah merupakan kata yang pas buat menggambarkan jiwa seseorang balita.

qanaah merupakan salah satunya modal bila kita tidak mau terjebak dalam kompetisi kehidupan yang tidak sehat, yang sanggup alihkan hari raya jadi hari riya. para salaf masa kemudian berfatwa demi kebahagiaan kita: " hidup itu cumalah sesaat, pakai dia buat taat. nafsu itu aslinya serakah, biasakan dia buat qanaah. "

rasulullah bersabda: " begitu berbahagia orang yang jadi islam, setelah itu dikasih rizki yang cukup, dan allah membagikan watak qanaah atas apa yang dikasih kepadanya. " ini merupakan hadits shahih yang diriwayatkan oleh imam muslim. terdapat banyak hadits lain yang senada dengan hadits tersebut yang menekankan dahsyatnya kekokohan qanaah dalam menjadikan hidup tenang dan juga senang.

anehnya, begitu susah buat bertabiat qanaah dan juga menyukuri apa yang terdapat. mayoritas manusia merupakan terlarut dalam ketamakan dan juga kemauan tanpa ujung karna memperbandingkan apa yang dialaminya dengan apa yang terjalin pada teman yang dirasanya lebih " senang. "

yang sudah menikah mengatakan: " andai masih bujangan. " yang membujang mengatakan: " andai saya sudah menikah. " yang kaya mengatakan: " andai benak aku setenang orang miskin itu. " yang miskin mengatakan : " andai aku kaya. " yang tua mengatakan: " andai masih muda. " yang muda mengatakan: " andai masih jadi kanak - kanak. " yang masih kanak - kanak mengatakan: " kapan saya besar ya? "

kemudian, apa sebetulnya penafsiran dari qanaah? ibnus sunni dalam kitabnya al - qanaah mengartikannya bagaikan " ridho atas apa yang dibagikan allah walaupun sedikit. " sedangkan al - raghib dan juga al - jahidz mendefinikasikannya bagaikan " mengambil cukup dari apa yang diperlukan. " ulama lain menyebut qanaah bagaikan perilaku tidak menginginkan apa yang dipunyai teman .

bila demikian, tidak bolehkah kita mempunyai kemauan ataupun cita - cita? kemudian, dimanakah optimisme dan juga harapan? apa tidak berlawanan dengan qanaah?

bercita - cita dan juga optimisme merupakan perihal yang dibolehkan terlebih lagi diajarkan, tetapi kala allah tetapkan qadar tertentu ataupun realitas berdialog lain dari yang di idamkan, hingga terimalah syarat itu dengan penuh ridho. oleh karenanya diperlukan kecerdasan hati buat menyeimbangkan antara kemauan dan juga kemampuan diri dengan apa yang telah diresmikan olehnya.

stress ataupun tekanan mental yang pada kesimpulannya menuju pada aksi tidak normal serupa penyimpangan sikap dan juga bunuh diri acapkali terjalin karna value deprivation, suatu keadaan di mana gap antara harapan dan juga realitas itu sangat lebar. cuma mereka yang mempunyai mutu iman yang baik yang hendak sanggup menempuh tetesan takdir dengan tegar penuh senyuman.

ibnu masud mengatakan: " yang amat kuharap dari rizki merupakan kala orang mengatakan: tidak terdapat tepung di rumahku. "

imam ahmad mengatakan: " hari - hari yang amat membahagiakanku merupakan dikala saya tidak memiliki apa - apa lagi. "

untuk mereka, tidak mempunyai whatever merupakan perihal biasa sepanjang masih mempunyai allah swt.

begitu dunia ini begitu menggoda. godaan dunia begitu melalaikan dan juga melenakan kita seluruh. begitu banyak orang jadi selamat karna tidak dikepung oleh dunia, dan juga betapa banyak orang yang terdampar dalam derita karna tidak tahan dengan kepungan dunia. selamat hari raya, jangan hingga jadi hari riya.




(sumber: kabarmakkah_com)

Baca Juga

Sebenarnya, Ini Hari Raya atau Hari Riya?
4/ 5
Oleh
Tampilkan Komentar
Sembunyikan