Selasa, 29 Maret 2016

Masa Tuhan Bisa Mati Akhirnya Anthony pun Masuk Islam

 Anthony Vatswaf Galvin Green lahir Dar es Salam, Tanzania. Ibunya seseorang Katolik yang taat dan juga bapaknya seseorang agnostik, dan juga semenjak kecil Anthony dididik bagaikan seseorang Katolik yang taat. bapaknya seseorang administrator kolonilal kerajaan Inggris. Kini, kerajaan yang terbentang begitu luasnya lebih dari sepertiga permukaan bumi itu telah hancur. salah satunya yang tersisa merupakan sebagian pulau di Falklands. Begitu banyak perihal yang berubah, tercantum Antony, terlebih lagi namanya saat ini berbeda jadi Abdur Raheem Green—setelah dia masuk Islam tentunya.

Oleh ibunya, Anthony kecil adiknya, Duncan disekolahkan di asrama biara. tiap hari dia hidup berbarengan para biarawan di Ampleforth College, di Yorkshire, Inggris Utara. si bunda menyangka dengan bersekolah di asrama hendak membikin Anthony jadi pemeluk Katolik yang taat.

“Seharusnya bunda pula menikah dengan seseorang Katholik, tetapi karna bunda menikah dengan bapak yang agnostik, dia terasa jadi seseorang pemeluk Katolik yang buruk. Maka, dia mau menjadikanku seseorang Katolik yang taat,” cerah Anthony.

Saat Anthony berusia 9 tahun, si bunda mengajarinya suatu doa yang biasa diucapkan oleh umat Katholik. Doa itu diawali dengan kalimat “Salam maria, bunda Tuhan”. Namun, kalimat itu membikin Anthony heran. terlebih lagi dalam umurnya yang baru 9 tahun, kalimat itu serupa pukulan pertama, mendengar bunda mengatakan salam maria bunda Allah

“Aku setelah itu bertanya pada diri seorang diri gimana Tuhan dapat mempunyai ibu?” katanya. dia berpikir Tuhan sepatutnya tanpa dini dan juga tanpa akhir. gimana dapat Tuhan mempunyai seseorang ibu? Anthony kecil setelah itu mengambil kesimpulan “jika Maria merupakan bunda Tuhan, hingga tentu Maria jadi Tuhan lebih baik daripada Yesus.”

Belum lagi soal pelajaran di sekolahnya yang terus menjadi buatnya galau. Di sekolah, dalam satu kali setahun senantiasa terdapat pengakuan dosa kepada pastor. “Kamu wajib mengakui seluruh dosa, bila tidak hingga pengakuan dosa - dosamu tidak hendak diampuni,” demikian kata si pastur yang terus diingat oleh Anthony.
Anthony merasakan keimanannya terus menjadi bermasalah. Pikirannya mulai liar, dia terlebih lagi mempunyai ilham “Tuhan jadi manusia”.

Pikirannya mulai terbuka. dia kerap bertanya kenapa wajib sekolah di asrama, jauh dari siapapun dan juga dimanapun. dikala berumur sebelas tahun, si bapak dipindah tugaskan ke Mesir. bapaknya jadi General Manager Barclays Bank di Kairo. kira - kira sepanjang 10 tahun, dia senantiasa menghabiskan waktu liburan di Mesir. Sekolah di London, dan juga liburan di Mesir.

Ia mulai jatuh cinta pada Mesir. dikala berulang ke sekolah sesudah liburan, dia bertanya buat apa berulang ke asrama Yorkshire Moor, dia terasa tidak menggemari tempat itu. “Saya mulai bertanya pada diri seorang diri kenapa aku ada, apa tujuan hidup saya, hidup ini buat apa?”

Ia lalu mulai mencari jawaban, mengawali pecarian. Pencarian itu barangkali dapat ditemui lewat agama lain yang bisa jadi dapat membagikan uraian tentang tujuan hidup.

Sepuluh tahun waktu yang di dia habiskan di Mesir. terdapat satu masa dikala dia berusia 19 tahun berbincang tentang Islam dengan seseorang. dia benar meragukan Katholik bagaikan agamanya. tetapi dikala itu siapapun yang mempertanyakan agamanya itu, dia hendak senantiasa membela keimanannya. dia merasakan ini bagaikan suatu paradoks yang aneh.

“Aku berbincang dnegan orang itu sepanjang 40 menit. Pemuda itu memintaku menanggapi sebagian persoalan darinya,” katanya.

Si pemuda menanyakan “Apakah kau mempercayai Yesus?”, Anthoni menanggapi “Ya”. Pemuda itu setelah itu bertanya lagi, “Apakah kalian yakin Yesus mati disalib?”, Anthoni berulang menanggapi “Ya.”
Si pemuda berulang bertanya “Jadi kalian yakin Tuhan mati?”.

Seketika Anthony terperangah, menyadari suatu ironi. sembari mengakui kebodohan dirinya, dia menjawab, “Tentu aja aku tidak yakin Tuhan mati. Manusia tidak dapat menewaskan Tuhan,” tandas Anthony.

Pertemuan dengan pemuda Mesir itu jadi titik balik dalam kehidupan Anthony. Sebelumnya dia tidak sempat bermimpi terlebih lagi memikirkan tentang Islam. Anthony berpikir kalau karna taka da agama, hingga dia wajib jadi orang kaya. dia berpikir gimana menciptakan duit tetapi cuma sedikit usaha. “Siapa yang mau mengabiskan banyak waktu buat bekerja?” pikirnya. dia mengingat orang Inggris yang mempunyai banyak duit tetapi mereka bekerja sangat keras, terlebih lagi hingga terjalin revolusi industri. Orang Amerikapun wajib berjuang keras buat jadi kaya. Orang Jepang juga diketahui bagaikan penggila kerja.

“Kemudian aku berpikir tentang orang Arab. Mereka duduk di atas unta dan juga berteriak ‘Allahu Akbar’, tetapi mereka kaya,” ujarnya.
Anthoni merasakan ketertarikan luar biasa buat membeli Alquran. dia mengambil terjemahannya. “Aku tidak mau mencari kebenaran. saya cuma mau ketahui apa isi kitab suci ini,” katanya.

Anthony merupakan pembaca yang cukup cepat. dia membaca Alquran dikala berposisi di kereta api. mendadak itu pula dia merumuskan dan juga mengatakan pada diri sendiri, “Jika aku sempat membaca novel yang berasal dari Tuhan, hingga ini ia bukunya.”

Ia menyakini Alquran itu berasal dari Allah. kala menyadari itu dia mulai bergerak lebih jauh, tidak cuma membaca Alquran saja, tetapi buat mengamalkannya juga. “Sama aja serupa kita memandang apel yang nampak harum, kita tidak hendak sempat ketahui kerasanya bahwa tidak mencicipinya,” katanya.

Tertarik dengan pengamalan Alqurlan dia juga mulai berupaya buat shalat walaupun dikala itu dia belum formal mengucap syahadat. tidak ketahui gimana trik shalat, dia mengingat - ingat gimana seorang yang sempat dia temui di Mesir melaksanakan shalat. “Saya mengingat seseorang lelaki shalat dengan trik yang lebih indah dibandingan aku kala aku masih jadi Katholik,” ingatnya.

Suatu hari Anthony berangkat ke toko novel yang kebetulan berposisi di dalam masjid. Toko itu mempunyai koleksi novel tentang Muhammad dan juga tata trik shalat. seseorang laki - laki menanyakan apakah dia seseorang Muslim. Anthony lalu menjawab, “Apakah aku Muslim, apa yang dia iktikad dengan itu? aku bilang ‘Ya aku bersaksi tidak terdapat Tuhan tidak hanya Allah dan juga Muhammad utusannya’.”

“Ah, apabila demikian, kamu Muslim. Ini waktunya shalat, ayo kita shalat,” ajak lelaki itu.

Anthony kebetulan tiba ke toko novel itu dikala hari Jumat. dia yang tidak mengerti gerakan shalat cuma berupaya shalat dengan gerakan yang dia ketahui saja. Masih salah disana - sini. “Setelah itu orang - orang mengelilingi aku dan juga mengarahkan aku trik shalat yang benar. Itu kerasanya fantastis!”

Namun perlu 2 tahun saat sebelum kesimpulannya dia formal bersyahadat dan juga jadi Muslim. Anthony mengaku menyesal telah menyia - nyiakan waktu 2 tahun saat sebelum menempuh Islam dengan baik. “Aku ketahui kebenaran tetapi tidak lekas menjalankannya. Itu merupakan keadaan yang buruk. bila kita tidak tahu, hingga tidak dikenai dosa. tetapi perkaranya aku ketahui apa yang benar,” katanya. saat ini Anthony telah berganti nama jadi Abdur Raheem Green. seseorang Muslim. (islampos) 


Sumber:
http_www_muslimahcorner_com/2015/10/masa-tuhan-bisa-mati/

Baca Juga

Masa Tuhan Bisa Mati Akhirnya Anthony pun Masuk Islam
4/ 5
Oleh
Tampilkan Komentar
Sembunyikan