Jumat, 20 Mei 2016

Menikah Itu Berjuang Berdua, Tidak Hanya Romantisme Semata

menikah benar jadi impian banyak orang. saat sebelum menikah, kemapanan benar jadi perihal yang diperhitungkan. normal apabila terdapat pemikiran demikian. karna terdapat banyak perihal yang butuh dipertimbangkan, dari mulai resepsi, rumah, kendaraan, pemasukan bulanan, hingga asuransi tarbiyah buat anak - anakmu nanti. tidak terdapat yang salah dengan itu.

tetapi kemapanan tidak berarti kalian dan juga pendamping dapat langsung hidup bergelimpangan harta sehabis menikah. layak buat kalian ketahui bahwa membangun biduk rumah tangga pula soal perjuangan berbarengan. karna di situlah, kalian dan juga pasanganmu nanti belajar buat silih memantapkan. lalui susah - senangnya berbarengan dan juga nikmati manis - getirnya berdua.

1. diawali dari nyicil kpr berdua. nanti cerita berhemat demi nyicil rumah ini jadi nostalgia manis dan juga dapat kalian ceritakan ke anak - cucumu nanti.

memiliki rumah seorang diri tentu impian banyak pendamping muda. tidak terkecuali kalian. kalian yang bergerak ke arah pelaminan. terlebih lagi kalian yang jomblo pula tentu gambaran berkhayal bahwa menikah nanti tentu mau memiliki rumah seorang diri. bila perkaranya kalian dan juga calon pendamping mentok di dana buat membeli rumah, hingga jalur keluarnya merupakan dengan bekerja sama bahu - membahu menyicil kpr. buat urusan yang satu tentu memerlukan banyak pengorbanan. kalian dan juga pendamping yang dikala pacaran giat hang out masing - masing malam mingguan, sehabis menikah tentu wajib pikir - pikir dahulu. tetapi berduaan di rumah cicilan dengan bertemankan nasi goreng bikinan pendamping, bukankah perihal yang romantis?

2. kemauan buat memiliki mobil tertunda karna wajib nyicil rumah. toh masih terdapat motor yang setia menemani kamu melangkah.

demi memiliki rumah impian, sedangkan budget ngepas, hingga kemauan buat memiliki mobil pula wajib tertunda. walhasil kalian dan juga pendamping kemana - mana naik motor. naik motor walaupun kadangkala kehujanan, tetapi itu pula moment yang dapat kalian kenang. di tengah pendamping lain yang masih mampu suntikan dana dari orangtua, kalian dan juga pendamping malah memilah buat menikmati perjuangan berdua.

3. ataupun romantisan di angkutan universal berdua. kembali kerja janjian ketemuan di terminal. tidak apa - apa, dinikmati saja..

tidak tidak sering kalian dan juga pendamping memilah buat naik angkutan universal aja. terminal jadi tempatmu dan juga pendamping berjumpa di penghujung hari. rutinitas kerja yang penat lama - lama lenyap, bersamaan serunya kalian dan juga pendamping bertukar cerita. orang bilang itu miris, tetapi bagimu itu gambaran kebahagiaan. karna kalian bersyukur dapat melewati ini dengan orang yang pas.

4. terlebih lagi sebutan yang dangdut banget, sepiring berdua jadi moment indah yang tentu hendak terus terkenang.

sebutan sepiring berdua yang dahulu kerap kalian dengar, saat ini benar kalian dan juga pendamping rasakan. alih - alih terasa malu omongan orang, kalian dan juga pendamping cuek aja. toh anggap aja dunia kepunyaan kamu berdua. moment miris tetapi romantis ini pula hendak senantiasa terkenang.

5. tidak selamanya kasus financial jadi musibah. momen ini malah jadi peluang kalian dan juga ia buat silih memantapkan.

mengarungi biduk rumah tangga tidak semudah naik sepeda bebek di halaman intermezo. sering - kali banyak cobaan yang wajib kalian dan juga pendamping lalui. kesusahan finansial yang sedikit berat semisal. dikala seperti itu malah ajang bagimu dan juga pendamping buat silih memantapkan. silih berbagi tangis dan juga dekapan. dan juga yakin hendak terdapatnya pelangi sehabis hujan.

6. ini bukan cerita utopia, karna pada realitasnya banyak pendamping hebat yang terlebih dulu mencecap getirnya berumah tangga. pendamping ini buktinya.

kalian tentu ketahui dong gambaran cerita cinta ridwan kamil, wali kota bandung, dengan si istri, atalia praratya. kang emil menikah di umur yang terbilang muda buat umur laki - laki, ialah 25 tahun dan juga si istri 23 tahun. menikah di dikala keadaan ekonomi yang belum begitu mapan jadi tantangan tertentu. dipecat dan juga kerja serabutan demi menafkahi keluarga di negara orang sudah sempat kang emil alamiah. terlebih lagi si istri wajib melahirkan anak kesatu mereka di suatu rumah sakit free, spesial buat masyarakat yang kurang sanggup.

kang emil dan juga istrinya saat ini dapat meyakinkan kalau lewat manis - getirnya berumah tangga itu dapat jadi ajang buat silih memantapkan kok.

menikah di dikala kalian dan juga calon pendamping sudah mapan, tentu impian seluruh orang. tetapi, kala takdir mengharuskanmu dan juga ia buat berjuang berbarengan, lalu apa yang kalian takutkan? bahwa nyatanya ia benar orang yang pas, dengannya perihnya hidup dapat diganti jadi anugerah…



(sumber: cerminan.com)

Baca Juga

Menikah Itu Berjuang Berdua, Tidak Hanya Romantisme Semata
4/ 5
Oleh
Tampilkan Komentar
Sembunyikan