Sabtu, 28 Mei 2016

Sakitnya Ibu Saat Melahirkan Tak Sebanding Bila Anaknya Melakukan Hal Ini, Bacalah...

bunda ialah merupakan wujud yang gemilang dalam kehidupan. seorang wujud perempuan tangguh dan tegar dikala badai kehidupan menghempas. dengan trik raga dia dapat aja menggambarkan wujud yang lemah, namun dikala mesti menyelamatkan anak - anaknya, dia mampu bergeser jadi jiwa pemberani dan tegas.

rela pakai tubuh kala membela anak - anaknya dari ancaman dan bahaya whatever. acapkali pula nampak jadi wujud penyelamat keluarga waktu si ayah tengah teperosok dalam krisis kehidupannya.

namun, sejalan dengan umurnya yang terus menjadi mendekati senja, kerut di kening dan di pipinya ialah fakta keletihan dari pengorbanan yang gemilang. tangan yang lampaunya halus, terus menjadi hari jadi kesat karna kerasnya memahat bongkahan batu kehidupan.

sakitnya melahirkan anak, nyatanya tidak sebanding dengan sakitnya dikala anak yang dia cintai dan lahirkan membentaknya.

berikut ini cerita yang hendak menyadakan kita bahwa bunda lebih seleksi sakitnya melahirkan dari pada dibentak buah hatinya serupa dikuti dari eberita. org

“ibu,
masakin air bu. aku mau mandi pakai air hangat, ” seseorang anak meminta ibunya mempersiapkan air hangat buat mandinya.

si bunda dengan ikhlas melakukan apa yang diperintah oleh si anak. dengan nada lembut ibunya menyahut, “iya, tunggu sebentar ya, sayang! ”

“jangan amat lama ya bu! soalnya aku terdapat janji sama rekan” tutur si anak.

tidak lama setelah itu si bunda sudah tuntas mempersiapkan air hangat buat buah hatinya.

“nak, air hangatnya telah siap, ” bunda itu berikan ketahui.

“lama sekali sih, bu…” si anak sedikit membentak.

seusai usai mandi dan berpakaian apik, si anak berpamitan pada ibunya, “bu, aku keluar dulu ya, mau jalan - jalan sama rekan. ”

“mau kemana nak? ” bertanya si bunda.

“kan telah aku katakan, aku mau keluar berjalan - jalan sama rekan, ” kata si anak sambil mengernyitkan dahi.

malam harinya, si anak kembali dari berjalan - jalan. sesampainya dirumah dia merasa gusar lantaran ibunya tidak terdapat dirumah. walaupun sesungguhnya perutnya begitu lapar, di meja makan tidak terdapat santapan whatever.

sebagian waktu kemudian, ibunya tiba sambil berkata salam, “assalamu’ alaik­­um.. nak, kamu telah kembali? telah dari tadi? ”

“hah, bunda dari mana aja. aku ini lapar, mau makan tidak terdapat santapan di meja makan. mestinya apabila bunda mau keluar itu masak dulu…” kata sang anak dengan nada begitu lantang.

si bunda coba menarangkan sambil memegang tangan anaknya, “begini sayang, kamu jangan marah dulu. bunda tadi keluar bukan buat urusan yg tidak utama, kamu belum tahukan apabila istrinya pak rahman meninggal? ”

“meninggal? sementara itu tidak sakit apa - apa kan, bu? ” si anak sedikit kaget, suara suaranya pula tidak besar lagi.

“dia meninggal dikala maghrib tadi. ia meninggal waktu melahirkan anaknya. kamu wajib pula ketahui nak, seseorang bunda itu bertaruh nyawa waktu melahirkan anaknya, ” bunda berikan uraian.

hati si anak mulai terketuk, dengan nada lirih dia bertanya pada ibunya, “itu berarti, bunda waktu melahirkanku pula demikian? bunda pula rasakan sakit yang luar biasa pula? ”

“iya anakku. waktu itu bunda mesti berjuang menahan kerasa sakit yang luar biasa. namun, terdapat yang lebih sakit dari pada sebatas melahirkanmu, nak, ” si bunda menanggapi.

“apa itu, bu? ” si anak mau ketahui apa yang melebihi kerasa sakit ibunya waktu melahirkan ia.

si bunda tidak mampu menahan air mata yang mengalir dari tiap sudut matanya seraya mengatakan, “rasa sakit waktu bunda melahirkanmu itu tidak seberapa, apabila dibanding dengan kerasa sakit yang bunda rasakan waktu dirimu membentak bunda dengan nada lantang, waktu kau menyakiti hati bunda, nak. ”

sang anak lekas menangis dan meminta ampun atas apa yang sudah diperbuat sepanjang ini pada ibunya.

mudah - mudahan cerita ini mampu buat kita lebih menghormati dan juga mencintai bunda kita. berikanlah pada yang lain.



(sumber : belitangsehat.com )

Baca Juga

Sakitnya Ibu Saat Melahirkan Tak Sebanding Bila Anaknya Melakukan Hal Ini, Bacalah...
4/ 5
Oleh
Tampilkan Komentar
Sembunyikan