Ketahuilah bahwa perbuatan dosa seseorang dapat menahan rezeki Allah kepadanya dan ketakwaan dapat melancarkannya.
Dosa yang dilakukan oleh seseorang dapat berpengaruh terhadap rezeki yang Allah berikan kepadanya. Allah menahan rezeki orang-orang yang berbuat maksiat. Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ
“Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari
langit dan bumi.” (QS Al-A’raf : 96)
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُوا
وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ
جَنَّاتِ النَّعِيمِ (65) وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ
وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ
فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ
(66)
“Dan sekiranya ahli kitab beriman dan bertakwa,
tentulah kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah kami
masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan. Dan
sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil
dan (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhan-nya, niscaya
mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka.” (QS Al-Ma-idah: 65-66)
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ (3)
“(2) Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia
akan mengadakan baginya jalan keluar. (3) dan memberinya rezeki dari
arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS Ath-Thalaq: 2-3)
Ayat-ayat di atas menunjukkan kaitan yang besar
antara rezeki seseorang dengan ketakwaannya kepada Allah subhanahu wa
ta’ala. Orang yang berbuat maksiat kepada Allah bukanlah orang yang
bertakwa kepada-Nya.
Menjaga shalat dapat melancarkan rezeki seseorang
Orang yang meninggalkan shalat telah melakukan dosa yang sangat besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ
“Sesungguhnya pembeda antara seseorang dengan kesyirikan atau kekafiran adalah meninggalkan shalat.”
Orang yang meninggalkan shalat bukanlah orang yang bertakwa kepada Allah. Allah subhaanahu wa ta’aala menyebutkan kaitan yang erat antara shalat dan rezeki seseorang di dalam ayat berikut, Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا
مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى (131) وَأْمُرْ
أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا
نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى (132)
“(131) Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu
kepada apa yang telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka,
sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami cobai mereka dengannya. dan
karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (132) Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami-lah yang
memberi rezeki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang
yang bertakwa.” (QS Thaha: 131-132).
Ayat tersebut dengan jelas menyebutkan bahwa orang yang mengerjakan shalat
kemudian memiliki kesabaran yang kuat ketika mengerjakannya, maka dia
akan diberikan rezeki oleh Allah tanpa bersusah payah mencarinya. Dan
ini adalah ganjaran bagi orang yang bertakwa kepada Allahsubhanahu wa ta’ala.
Di dalam kisah Nabi Syu’aib ‘alaihissalaam, Allah subhaanahu wa ta’aala menyebutkan perkataan Nabi Syu’aib setelah kaumnya memahami bahwashalatlah yang menahan diri beliau untuk melakukan perbuatan mungkar:
قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَرَزَقَنِي مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا
“Syu’aib berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu
jika Aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya
Aku dari pada-Nya rezki yang baik (patutkah Aku menyalahi perintah-Nya)?” (QS Huud: 88).
Nabi Syu’aib ‘alaihissalam menjelaskan kepada mereka bahwa dengan shalat dan penjelasan yang nyata dari Rabb-nya,
maka Allah memberikan kepadanya rezeki yang baik dan halal. Berbeda
dengan apa yang mereka lakukan. Mereka sibuk mencari harta-harta haram.
Akan tetapi, sebagian orang tidak mempercayai adanya kaitan yang erat antara shalat dengan rezeki seseorang. Ini tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan oleh kaum Nabi Syu’aib ‘alaihissalaam:
قَالُوا يَا شُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيرًا مِمَّا تَقُولُ
“Wahai Syu’aib! Kami tidak paham banyak hal dari apa yang kamu katakan.” (QS Huud: 91).
Hal ini dikarenakan terikatnya hati-hati mereka dengan dunia lebih besar daripada keterikatan mereka dengan shalat.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
- Perbuatan dosa seseorang dapat menahan rezeki Allah kepadanya dan ketakwaan dapat melancarkannya.
-
Shalat sangat berpengaruh kepada ketakwaan seseorang dan dapat menjadi sebab dibukakannya pintu rezeki yang halal dan baik.
Sumber : muslim.or.id
Pengaruh Shalat Dan Maksiat Terhadap Rezeki
4/
5
Oleh
Blogger Keren